Biografi Buku Dahlan
Iskan
Judul:
Dahlan Juga Manusia
Dahlan Juga Manusia
No. ISBN:
9786020029375
9786020029375
Penulis:
Siti Nasyi’ah
Siti Nasyi’ah
Penerbit:
Elex Media Komputindo
Elex Media Komputindo
Tanggal terbit:
Juli - 2012
Juli - 2012
Jumlah halaman:
296
296
Kategori:
Biografi
Biografi
Harga:
Rp 49.800,-
Rp 49.800,-
Bahasa:
Indonesia
Indonesia
Ringkasan:
Belakangan makin banyak buku yang
membahas tentang kiprah Dahlan Iskan. Baik yang bersifat fiksi maupun nonfiksi.
Ini menandakan popularitasnya memang kian naik di tengah kepercayaan terhadap
pemerintah yang justru turun. Sosok Dahlan Iskan dianggap menjadi oase di
tengah padang gersang, sehingga apa pun yang dilakukan selalu menjadi sumber
berita.
Dari sekian banyak buku yang muncul, ada hal yang menarik dari buku karya mantan pegawai Dahlan Iskan ketika masih berada di Jawa Pos. Tulisan Siti Nasyi'ah yang memiliki nama inisial Ita ketika masih di Jawa Pos -sekarang di Majalah Kartini -mengupas sisi lain Dahlan sebagai mantan bosnya.
Ada banyak hal menarik yang diungkap. Termasuk bagaimana seorang Dahlan Iskan membesarkan Jawa Pos, koran yang nyaris mati. Di tangan Dahlan, Jawa Pos memang berhasil hidup lagi, dan bahkan membesar dengan ratusan anak media di berbagai pelosok Nusantara. Namun, kita barangkali hanya akan melihat "kiat sukses" jika kupasan tentang Dahlan dalam membesarkan grup usahanya itu dari kacamata orang luar. Maka, ketika tulisan Siti ini muncul, terasa betul bahwa Dahlan juga punya banyak sisi yang kurang tergali selama ini.
Penulis buku ini sendiri awalnya bergabung di Jawa Pos sebagai mahasiswi magang. Namun, magangnya terus diperpanjang hingga kuliahnya pun molor. Pada masa itulah, banyak hal positif dan negatif yang dirasakannya ketika bersama Pak Bos, julukan Dahlan sebagai pimpinan kala itu. Mulai dari teriakan saat memanggil namanya, bagaimana ia mendidik karyawan, bagaimana Dahlan sering iseng dengan makanan karyawan, hingga cara Dahlan melatih instingnya menjadi wartawan investigatif.
Penulis awalnya adalah wartawan bagian tulisan seputar hiburan. Namun dengan didikan Pak Bos, ia berhasil mengungkap kasus besar yang mengangkat namanya dalam tajuk Haji (Kok) Nunut. Instingnya sebagai wartawan diuji Dahlan dengan cara unik, misalnya disuruh mencari mobil Dahlan yang ditinggal entah ke mana.
Buku ini juga makin lengkap dengan penuturan kisah Dahlan dari sudut pandang Mbah Iskan, ayah Dahlan. Anak ketiga dari empat bersaudara yang dipanggil Elan ini rupanya menyimpan banyak kisah unik di masa kecilnya. Dan, dari berbagai kisah inilah, kita digiring mengetahui latar belakang sepak terjang Dahlan belakangan ini, mulai dari suka naik ojek, hingga tidur hanya beralaskan tikar saat meninjau petani di sebuah kunjungan.
Begitulah, sosok Dahlan tetap menarik dibahas dari sudut pandang mana pun. Namun, apa yang ditulis Siti ini menjadi catatan tersendiri, sehingga pembaca akan makin paham, siapa Dahlan di mata kolega dan bahkan "musuh"-nya.
Dari sekian banyak buku yang muncul, ada hal yang menarik dari buku karya mantan pegawai Dahlan Iskan ketika masih berada di Jawa Pos. Tulisan Siti Nasyi'ah yang memiliki nama inisial Ita ketika masih di Jawa Pos -sekarang di Majalah Kartini -mengupas sisi lain Dahlan sebagai mantan bosnya.
Ada banyak hal menarik yang diungkap. Termasuk bagaimana seorang Dahlan Iskan membesarkan Jawa Pos, koran yang nyaris mati. Di tangan Dahlan, Jawa Pos memang berhasil hidup lagi, dan bahkan membesar dengan ratusan anak media di berbagai pelosok Nusantara. Namun, kita barangkali hanya akan melihat "kiat sukses" jika kupasan tentang Dahlan dalam membesarkan grup usahanya itu dari kacamata orang luar. Maka, ketika tulisan Siti ini muncul, terasa betul bahwa Dahlan juga punya banyak sisi yang kurang tergali selama ini.
Penulis buku ini sendiri awalnya bergabung di Jawa Pos sebagai mahasiswi magang. Namun, magangnya terus diperpanjang hingga kuliahnya pun molor. Pada masa itulah, banyak hal positif dan negatif yang dirasakannya ketika bersama Pak Bos, julukan Dahlan sebagai pimpinan kala itu. Mulai dari teriakan saat memanggil namanya, bagaimana ia mendidik karyawan, bagaimana Dahlan sering iseng dengan makanan karyawan, hingga cara Dahlan melatih instingnya menjadi wartawan investigatif.
Penulis awalnya adalah wartawan bagian tulisan seputar hiburan. Namun dengan didikan Pak Bos, ia berhasil mengungkap kasus besar yang mengangkat namanya dalam tajuk Haji (Kok) Nunut. Instingnya sebagai wartawan diuji Dahlan dengan cara unik, misalnya disuruh mencari mobil Dahlan yang ditinggal entah ke mana.
Buku ini juga makin lengkap dengan penuturan kisah Dahlan dari sudut pandang Mbah Iskan, ayah Dahlan. Anak ketiga dari empat bersaudara yang dipanggil Elan ini rupanya menyimpan banyak kisah unik di masa kecilnya. Dan, dari berbagai kisah inilah, kita digiring mengetahui latar belakang sepak terjang Dahlan belakangan ini, mulai dari suka naik ojek, hingga tidur hanya beralaskan tikar saat meninjau petani di sebuah kunjungan.
Begitulah, sosok Dahlan tetap menarik dibahas dari sudut pandang mana pun. Namun, apa yang ditulis Siti ini menjadi catatan tersendiri, sehingga pembaca akan makin paham, siapa Dahlan di mata kolega dan bahkan "musuh"-nya.
No comments:
Post a Comment