Tuesday, March 12, 2013

Cara Memilih Pucuk Daun Teh yang Tepat





Teh, bukan minuman asing bahkan sudah menjadi minuman waji bagi kita. Diyakini secara medik, bahwa teh memiliki senyawa-senyawa yang bermanfaat bagi tubuh. Adanya kandungan antioksidan, senyawa perisa dan pewarna menjadikan teh menjadi minuman istimewa. Tidak tanggung-tanggung, dari kaisar hingga rakyat biasa semua mengomsumsi teh. Tahukan kita, dari mana teh ini di peroleh..?
Di kebun teh Medini, Gunung Ungaran Jawa Tengah mencoba melihat asal-usul minuman menyehatkan ini. Hamparan teh seluas puluhan hektar ini ternyata menghasilkan teh-teh dengan kualitas tinggi. Bak karpet hijau, disinilah awal dari teh tersebut di petik, diolah hingga dikirim ke mancanegara. Seluas mata memandang, hanya hamparan tanaman teh yang terlihar. Petak-petak lahan teh selakyaknya gugusan pulau-pulau yang membentang dari bukit hingga lembah.


Dalam memetik daun teh kita tidak oleh sembarangan. Mereka harus benar-benar bisa menentukan daun-daun mana yang harus dipetik. Ada kualifikasi khusus untuk memetik daun teh, sebab akan menentukan kualitas teh yang nantinya akan diproduksi. Daun teh yang baik akan menjadi barang ekspor, sedang yang kurang baik akan masuk dalam pasar lokal.
Inilah yang di cari, Peco + 3M

Peco + 3M, adalah rumus untuk memetik daun teh dengan kualitas nomer satu. Rumus petik ini, mengharuskan memetik pucuk teh yang masih kuncup lancip dengan tiga daun muda. Petikan pucuk daun ini yang nantinya akan diproduksi menjadi teh hijua. Ada juga rumus petik burung, yaitu Burung. Maksud dari rumus ini adalah saat daun paling atas masih kuncup dan ada dua daun yang sudah mekar. Selintas petikan model ini mirip burung yang sedang mengepakan sayapnya.
Informasi yang menarik berkaitan dengan pemetikan daun teh adalah saat memilih pucuk mana yang akan dipetik. Jika salah memilih pucuk teh, maka kejadian fatal akan datang yakni tunas baru akan lama tumbuhnya. Rotasi pemetikan biasanya 12 hari, namun jika salah petik bisa 3 bulan baru bisa dipetik.


Pelatihan bagi pemetik teh benar-benar diperhatikan agar tidak salah dalam pemanenan. Rapor juga diberikan kepada pemetik teh, agar ada evaluasi selama bekerja menjaid buruh petik. Apabila memiliki kinerja yang bagus, baik secara kualitas dan kwantitas maka bonus akan mengalir, namun jika menurun bisa mendapatkan sangsi dari perusahaan.


Dari sinilah teh itu berasal. Puluhan warung atau tempat untuk menampung hasil petikan satu persatu diangkut menuju tempat penimbangan. Senyum sumringah nampak di wajah-wajah ceria pemetik teh. Dalam satu hari para pemetik bisa memperoleh 10-70Kg. Inilah salah satu sisi menarik dari teh, sebab dari sinilah teh itu berasal.


Monday, March 11, 2013

Ringkasan Buku Dahlan Juga Manusia


Biografi Buku Dahlan Iskan
Judul:
Dahlan Juga Manusia
No. ISBN:
9786020029375 
Penulis:
Siti Nasyi’ah
Penerbit:
Elex Media Komputindo
Tanggal terbit:
Juli - 2012 
Jumlah halaman:
296
Kategori:
Biografi
Harga:
Rp 49.800,-
Bahasa:
Indonesia

Ringkasan:
Belakangan makin banyak buku yang membahas tentang kiprah Dahlan Iskan. Baik yang bersifat fiksi maupun nonfiksi. Ini menandakan popularitasnya memang kian naik di tengah kepercayaan terhadap pemerintah yang justru turun. Sosok Dahlan Iskan dianggap menjadi oase di tengah padang gersang, sehingga apa pun yang dilakukan selalu menjadi sumber berita.
Dari sekian banyak buku yang muncul, ada hal yang menarik dari buku karya mantan pegawai Dahlan Iskan ketika masih berada di Jawa Pos. Tulisan Siti Nasyi'ah yang memiliki nama inisial Ita ketika masih di Jawa Pos -sekarang di Majalah Kartini -mengupas sisi lain Dahlan sebagai mantan bosnya.
Ada banyak hal menarik yang diungkap. Termasuk bagaimana seorang Dahlan Iskan membesarkan Jawa Pos, koran yang nyaris mati. Di tangan Dahlan, Jawa Pos memang berhasil hidup lagi, dan bahkan membesar dengan ratusan anak media di berbagai pelosok Nusantara. Namun, kita barangkali hanya akan melihat "kiat sukses" jika kupasan tentang Dahlan dalam membesarkan grup usahanya itu dari kacamata orang luar. Maka, ketika tulisan Siti ini muncul, terasa betul bahwa Dahlan juga punya banyak sisi yang kurang tergali selama ini.
Penulis buku ini sendiri awalnya bergabung di Jawa Pos sebagai mahasiswi magang. Namun, magangnya terus diperpanjang hingga kuliahnya pun molor. Pada masa itulah, banyak hal positif dan negatif yang dirasakannya ketika bersama Pak Bos, julukan Dahlan sebagai pimpinan kala itu. Mulai dari teriakan saat memanggil namanya, bagaimana ia mendidik karyawan, bagaimana Dahlan sering iseng dengan makanan karyawan, hingga cara Dahlan melatih instingnya menjadi wartawan investigatif.
Penulis awalnya adalah wartawan bagian tulisan seputar hiburan. Namun dengan didikan Pak Bos, ia berhasil mengungkap kasus besar yang mengangkat namanya dalam tajuk Haji (Kok) Nunut. Instingnya sebagai wartawan diuji Dahlan dengan cara unik, misalnya disuruh mencari mobil Dahlan yang ditinggal entah ke mana.
Buku ini juga makin lengkap dengan penuturan kisah Dahlan dari sudut pandang Mbah Iskan, ayah Dahlan. Anak ketiga dari empat bersaudara yang dipanggil Elan ini rupanya menyimpan banyak kisah unik di masa kecilnya. Dan, dari berbagai kisah inilah, kita digiring mengetahui latar belakang sepak terjang Dahlan belakangan ini, mulai dari suka naik ojek, hingga tidur hanya beralaskan tikar saat meninjau petani di sebuah kunjungan.
Begitulah, sosok Dahlan tetap menarik dibahas dari sudut pandang mana pun. Namun, apa yang ditulis Siti ini menjadi catatan tersendiri, sehingga pembaca akan makin paham, siapa Dahlan di mata kolega dan bahkan "musuh"-nya.


Tokoh Musik Asal Sumatra


Zubir Said

Zubir Said adalah pencipta lagu kebangsaan Singapura yaitu Majulah Singapura dan pencipta lagu Semoga Bahagia yang merupakan lagu resmi Hari Anak Singapura dan Festival Kaum Muda Singapura.
Zubir Said dilahirkan pada tanggal 22 Juli 1907 di Bukit Tinggi, Sumatera Barat dan meninggal di Joo Chiat Place, Singapura pada tanggal 16 November 1987 karena penyakit hati yang dideritanya.
Zubir Said merupakan anak tertua dan memiliki 3 saudara laki-laki dan 5 saudara perempuan. Ibunya meninggal pada waktu Ia masih berusia 7 tahun. Zubir Said belajar musik dan memainkan alat musik suling, gitar dan drum secara otodidak. Meski sempat mengenyam pendidikan di sekolah belanda, Zubir Said lebih tertarik pada panggilan hatinya untuk bermain musik. Pada tahun 1928, Zubir Said merantau ke Singapura untuk mengejar karir dibidang musik meskipun sang ayah, Mohamad Said bin Sanang, melarangnya.

Karir Zubir Said
Zubir Said memulai karir musiknya pada Group Bangsawan, sebuah group opera melayu sebelum pindah ke perusahaan rekamam musik His Master’s Voice pada tahun 1936.
Zubir Said menikahi Tarminah Kario Wikromo seorang penyanyi keroncong di Jawa pada tahun 1938 . Zubir Said kembali ke tanah kelahirannya di Bukit Tinggi pada tahun 1941 dan kembali ke Singapura tahun 1941, dimana beliau bekerja sebagai fotografer paruh waktu untuk Surat Kabar Utusan Melayu agar beliau dapat menulis dan memainkan musik. Karya musikalnya terdiri dari lebih 1500 judul yang belum dipublikasikan karena beliau lebih tertarik pada seni dan mengajar seniman-seniman muda tentang seni musik daripada mengejar keuntungan financial semata atas hasil karya musiknya.
Pada tahun 1957 untuk pertama kalinya karya musikal Zubir Said dipentaskan untuk umum di Victoria Theater dan pada tahun 1958, Dewan Kota menetapkan salah satu komposisinya sebagai lagu resmi kota Singapura yang kemudian menjadi Lagu Kebangsaan Singapura.
Lagu-lagu ciptaan Zubir Said bervariasi mulai dari irama tradisional hingga soundtrack untuk perusahaan film Cathay Keris yang merupakan anak perusahaan dari Cathay Holding Organization. Salah satu lagunya pada film Dang Anom memenangi penghargaan pada Festival Film Asia ke-9 di Seoul, Korea Selatan di tahun 1962.
Para composer menilai karya musik dari Zubir Said ini sebagai lagu Melayu yang sebenarnya karena banyak dari musiknya berkaitan dengan sejarah dan nilai-nilai melayu dan Minangkabau yang membangkitkan semangat kebangsaan pada tahun 1950.

Lagu-Lagu Ciptaan Zubir Said antara lain:
Sang Rembulan
Sayang Di Sayang
Cinta
Selamat Berjumpa Lagi
Mari Pancing Ikan
Gelora Asmara
Kumang Dan Rama-Rama
Melodi Asmara
Kolam Mandi
Setangkai Kembang Melati
Nasib Malang
Anak Daro



Nazif Basir adalah seorang penulis, wartawan dan seniman Indonesia.
Nazif Basir bersama istrinya, Elly Kasim telah membawa sanggar tari Sangrina Bunda keliling dunia memperkenalkan kebudayaan dan kesenian Indonesia ke 118 kota di 35 negara di dunia. Sanggar Tari Nasional Bunda atau yang lebih dikenal sebagai “Sangrina Bunda” yang mereka dirikan pada tahun 1978 juga beraktivitas sebagai pusat pendidikan dan latihan tari-tarian tradisi untuk anak-anak remaja dan dewasa yang berlokasi di Jakarta Timur. Selain dikenal sebagai penata tari (koreografer), Nazif juga dikenal sebagai pencipta lagu, terutama lagu-lagu Minang.
Sepanjang karir profesionalnya, disamping sebagai seniman, Nazif juga pernah berkarya sebagai penulis dan jurnalis. Nazif telah menulis sejak masih sekolah di Yogyakarta pada tahun 1953 dengan menulis berbagai cerita pendek yang dimuat diberbagai majalah yang terbit diberbagai kota di Indonesia. Sebagai wartawan, dia juga telah berkiprah diberbagai media, baik sebagai redaktur maupun pemimpin redaksi.

Karya:
Sapik Kalo.
lagu Minang





Oslan Husein (lahir di Padang, Sumatra Barat, 8 April 1931 – meninggal diJakarta, 16 Agustus 1972 pada umur 41 tahun) , terkenal dengan sebutan Oslan, adalah seorang penyanyi dan aktor Indonesia. Pada era 50-an Oslan terkenal karena menyanyikan lagu-lagu berbahasa Minang. Salah satu lagu yang sangat populer dibawakannya adalah “Kampuang Nan Jauh di Mato”.

Oslan Husein adalah anak ke empat dari tujuh bersaudara, ayahnya seorang pedagang kain Para Karambia bernama Husein. Oslan menghabiskan masa kecilnya di Padang, dan memulai menyukai seni suara sejak masih duduk di Daisan Kotogomikun Gakko (sekarang Sekolah Dasar). Kemudian terus berlanjut hingga SMP. Menginjak SMA karena berbagai hal Oslan tidak menyelesaikan sekolahnya hingga tamat, kebetulan masa SMA Oslan berdekatan dengan masa kemerdekaan Republik Indonesia. Saat menjadi Tentara Pelajar Oslan sering menyanyi untuk menghibur dan membangkitkan semangat kawan-kawannya.[1]
Pengalaman bernyanyi pertama kali didapatinya, saat dia mencoba mengamen dengan menyenandungkan ayat-ayat suci Al-Quran di depan gerbang sebuah pasar malam di Padang, kemudian banyak orang yang tertarik dan memberinya uang. Dari pengalaman tersebut Oslan yakin, bahwa dengan tarik suara bisa mendatangkan uang. Oslan juga memiliki selera humor yang cukup tinggi, tetapi dalam menghibur dia sadar, bahwa dia tak akan bisa menjadi seorang pelawak. Timbre suaranya memiliki karakter yang cukup unik, ada sedikit warna genit pada gaya menyanyi popnya.[1]
Oslan Husein meninggal di RS Ancol Jakarta, dalam usia 41 tahun. selain sebagai penyanyi, ia duet dengan Alwi. lagu Kampuang Nan Jauh Dimato, Ombak Buruih, adalah sebagian lagunya.

Karya:
 Ombak buruih
 Urang Tolong
 Sinandi-Nandi dan 


Kaparinyo